Jumat, 27 Mei 2016

WASIAT BUNG HATTA

Dekat pada akhir bulan Mei 1945 Dr.Rajiman, Ketua Pantia  Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia, membuka sidang panitia itu dengan mengemukakan pertanyaan kepada rapat : "Negara Indonesia Merdeka yang akan kita bangun itu, apa dasarnya?" kebanyakan angoota tidak mau menjawab pertanyaan itu, karena takut pertanyaan itu akan menimbulkan persoalan filosofi yang akan berpanjang-panjang. mereka langsung membicarakan soal Undang-Undang Dasar. salah seorang dari pada anggota Panitian Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia itu, yang menjawab pertanyaan itu adalah Bung Karno, yang mengucapkan pidatonya pada tanggal 1 juni 1945, yang berjudul Pancasila, lima sila, yang lamanya kira-kira satu jam.

Pidato itu menarik perhatian anggota panitia dan disambut dengan tepuk tangan yang riuh. sesudah itu sidang mengangkat suatu Panitia Kecil untuk merumuskan kembali Pancasila yang diucapkan Bung Karno itu. di antara itu dipilih lagi 9 orang yang akan melaksanakan tugas itu, yaitu :
Ir.Sukarno
Muhammad Hatta
Mr.A.A.Maramis
Abikusno Tjokrosoejoso
Abdulkahar Muzakir
H.A.Salim
Mr.Ahmad Soebardjo
Wahid Hasyim
Mr.Muhammad Yamin

orang sembilan ini mengubah susunan 5 sial itu, dan meletakkan sila Ketuahanan Yang Maha Esa di atas, sila kedua yang dalam rumusan Sukarno disebut Internasionalisme atau Perikemanusiaan diganti dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ketiga disebut Persatuan Indonesia pengganti sila Kebangsaan Indonesia yang dalam rumusan Bung Karno dia ditaruh di atas jadi sila pertama. sila ke empat disebut Kerakyatan, yang dalam rumusan Bung Karno sebagai sila Kesejahteraan Sosial.

pada tanggal 22 Juni 1945 pembaruan rumusan panitia 9 diserahkan kepada PPUPKI dan diberi nama "Piagam Jakarta". kemudian seluruh Piagam Jakarta dijadikan "Pembukaan" Undang-Undang Dasar 1945, sehungga "Pancasila dan Undang-Undang Dasar" menjadi "Dokumen Negara Pokok". Pancasila dan Undang-Undang dasar yang sudah menjadi satu Dokumen Negara itu diterima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan sedikit perubahan. yang dicoret ialah 7 perkataan di belakang Ketuhanan, yaitu "dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya" . sesungguhnya 7 perkataan itu hanya mengenai penduduk yang beragama Islam saja, pemimpin-pemimpin umat Kristen di Indonesia Timur keberatan, kalau 7 kata itu dibiarkan saja, sebab tertulis dalam pokok dari pokok dasar negara kita, sehingga menimbulkan kesan, seolah-olah dibedakan warga negara yang beragama Islam dan bukan Islam.

pada tanggal 29 Agustus 1945 Komite Naional dalam rapatnya yang pertama sudah mengesahkan Undang-Undang Dasar yang diterima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan sekarang sudah menjadi UUD negara kita lagi.

Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945

Pidato yang disampaikan Bung Karno di depan sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai pada tanggal 1 Juni 1945 kemudian disebut sebagai hari Lahirnya Pancasila. berikut akan saya bahas dalam artikel ini isi dari Pidato Bung Karno :

sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapat, maka Sukarno pun mengemukakan pendapatnya, dalam Bahasa Belanda "philosofische grondslag" adalah fondamen,filsafat,pikiran yang sedalam-dalamnya,jiwa,hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Inndonesia Merdeka yang kekal dan abadi. "merdeka" buat saya ialah political independence, politieke onajfhankelijkheid. apakah yang dimaksud dengan politieke onajfhankelijkheid? jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan! banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan itu satu sama lain. samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? jermania merdekea, saudi arabia merdeka, iran merdeka, tiongkok merdeka, nippon merdeka, rusia merdeka. nama semuanya merdeka tapi bandingkanlah isi nya!

jiakalau kita berkata : sebelum negara merdeka, maka harus lebih dahlu ini selesai, itu selesai sampai jelimet maka saya tanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia 80% dari rakyatnya terdiri dari kaum badui sama sekali tidak mengerti hal itu. bacalah buku Armstrong yang menceriakan tentang Ibn Saud! disitu ternyata ketika Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa mobil perlu minum bensin. tetapi saat itu Saudi merdeka!. lihatlah ketika lenin mendirikan negara Sovyet, adakah rakyat Sovyet sudah cerdas? seratus lima puluh milyun rakyat Rusia adalah rakyat musyik yang lebih dari 80% tidak dapat membaca dan menulis. dan kita sekarang disini mau mendirikan Negara Indonesia Merdeka. terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan! 

saudara-saudara! apakah yang dianamakan merdeka? di dalam tahun 1933 saya telah menulis satu risalah yang bernama Mencapai Indonesia Merdeka. bahwa kemerdekaan ialah satu jembatan, satu jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Sukarno mengemukakan bahwa dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia ialah dasar Kebangsaan. yang kedua ialah Internasionalisme atau perikemanusiaan. yang ketiga ialah Mufakat-atau demokrasi. yang keempat ialah Kesejahteraan sosial. yang kelima ialah Ketuhanan. lalu 5 dasar tersebut diberi nama Pancasila atas petunjuk dari seorang temannya yang ahli bahasa. sila artinya asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia.

didalam pidato tersebut juga Sukarno mengemukakan apabila Pancasila dapat diperas menjadi 3 saja. perasan 3 tersebut adalah:
1. Sosio-Nasionalisme (yang berasal dari 2 dasar pertama, Kebangsaan dan internasionalisme/perikemanusiaan)
2. Sosio-Demokrasi (yang berasal dari Mufakat/demokrasi dan Kesejahteraan Sosial)
3. Ketuhanan 

Sukarno juga mengemukakan bahwa apabila peserta sidang tidak menyukai perasan 3 tadi maka dapat diperas lagi menjadi satu yakni "Gotong Royong", Negara Gotong Royong!. Pancasila menjadi Trisila, Trisila menjadi Ekasila. terserah kepada tuan-tuan, mana yang tuan-tuan pilih. 

jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup merdeka menjadi satu bangsa, satu nasionalism yang merdeka janganlah lupa akan syarat untuk menyelenggrakannya, ialah perjuangan. jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir. tidak! bahkan saya berkata, didalam Indonesia merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain corak nya. bahwa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak berani mengambil resiko, tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang sedalam-dalamnya. 

jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik banga Indonesia buat selamanya, sampai ke akhir zaman! kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa, yang jiwanya berkobar-kobar denga tekad "Merdeka atau Mati"!

KONTROVERSI PANCASILA

BPUPKI resmi dibentuk tanggal 29 April 1945. Badan ini, yang beranggotakan 63 orang, memulai sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945. Nah, di sini ada kontroversi: ada yang menyebut Mohammad Yamin menyampaikan pidato tanggal 29 Mei 1945 dan isi pidatonya sama persis dengan Pancasila sekarang ini.
Dalam pidatonya Yamin mengusulkan 5 azas: peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ke Tuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.
Karena itu, banyak orang yang menyebut Muhamad Yamin sebagai penemu Pancasila. BJ Boland dalam bukunya, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, secara terang-terangan menyebut Muh Yamin sebagai penemu Pancasila, bukan Bung Karno.
Tesis ini makin diperkuat di jaman Orde Baru. Ini juga dalam kerangka de-soekarnoisme. Nugroho Notosusanto, salah seorang ideolog orde baru, banyak menulis tentang sejarah kelahiran Pancasila dengan mengabaikan sama sekali peranan Soekarno.
Dengan penelitian yang sudah bisa ditebak hasilnya, Nugroho Notosusanto menyimpulkan bahwa penemu Pancasila bukanlah Soekarno, melainkan Mohammad Yamin dan Soepomo. Itu menjadi pegangan dalam buku-buku penataran P4 dan buku-buku sejarah Orde Baru.
Nugroho Notosusanto, seorang yang anti-marxisme, menuding sila kedua Pancasila  versi Bung Karno, yaitu Peri Kemanusiaan/Internationalisme, sangat identik dengan semangat internasionalisme kaum komunis.
Suatu hari, ketika Bung Hatta memberi ceramah di Makassar, seorang mahasiswa mengeritik Bung Hatta karena menyebut Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Si mahasiswa itu, entah dicekoki oleh kesimpulan Nugroho Notosusanto, menyebut Mohammad Yamin sebagai penemu Pancasila. Hatta pun bertanya dari mana mahasiswa tahu? Dijawab oleh sang mahasiswa, “Dari buku Yamin”. Hatta segera mengatakan, “Buku itu tak benar!”
Rupanya, menurut versi Bung Hatta, Mohamad Yamin tidak berpidato tentang 5 azas itu pada 29 Mei 1945. Pidato itu, kata Bung Hatta—yang saat itu anggota BPUPKI dan panitia kecil—mengingat Pidato Yamin itu disampaikan di Panitia Kecil.
Menurut Bung Hatta, yang saat itu juga anggota BPUPKI, penemu Pancasila itu adalah Bung Karno. Saat itu, kata Bung Hatta, di kalangan anggota BPUPKI muncul pertanyaan: Negara Indonesia Merdeka” yang kita bangun itu, apa dasarnya? Kebanyakan anggota BPUPKI tidak mau menjawab pertanyaan itu karena takut terjebak dalam perdebatan filosofis berkepanjangan.
Akan tetapi, pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menjawab pertanyaan itu melalui pidato berdurasi 1 jam. Pidato itu mendapat tepuk-tangan riuh dari anggota BPUPKI. Sesudah itu, dibentuklah panitia kecil beranggotakan 9 orang untuk merumuskan Pancasila sesuai pidato Soekarno. Panitia kecil itu menunjuk 9 orang: Soekarno, Hatta, Yamin, Soebardjo, Maramis, Wahid Hasyim, Abikusno Tjokrosuyoso, dan Abdul Kahar Muzakkir.
Panitia kecil inilah yang mengubah susunan lima sila itu dan meletakkan Ketuhanan Yang Maha Esa di bagian pertama. Pada tanggal 22 Juni 1945 pembaruan rumusan Panitia 9 itu diserahkan kepada Panitia Penyelidik Usaha–Usaha Kemerdekaan Indonesia dan diberi nama “Piagam Jakarta”.
Pada 18 Agustus 1945, saat penyusunan Undang-Undang Dasar, Piagam Jakarta itu mengalami sedikit perubahan: pencoretan 7 kata di belakang Ketuhanan, yaitu “dengan kewajiban menjalankan syariat islam kepada penduduknya.” Begitulah, Pancasila masuk dalam pembukaan UUD 1945.
Apa yang dikatakan Bung Hatta mirip dengan penuturan Bung Karno. Dalam Buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, Bung Karno mengatakan, selama tiga hari sidang pertama terjadi perbedaan pendapat. Artinya, jika sidang dimulai tanggal 29 Mei 1945, maka hingga tanggal 31 Mei belum ada kesepakatan.
Terkait tanggal 29 Mei itu, seorang pakar UI, Ananda B Kusuma, menemukan Pringgodigdo Archief. Dokumen ini cukup penting, sebab memuat catatan-catatan tentang sidang itu. Menurut dokumen itu, orang-orang yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945 itu: MRM. Yamin (20 menit), Tn. Soemitro (5 menit), Tn. Margono (20 menit), Tn. Sanusi (45 menit), Tn. Sosro diningrat (5 menit), Tn. Wiranatakusumah (15 menit).
Sidang itu diberi alokasi waktu 130 menit. Akan tetapi, yang cukup aneh, Yamin disebut berpidato 120 menit. Padahal, saat itu ada lima pembicara lain yang juga harus menyampaikan pidatonya.
G. Moedjanto, seorang sejarahwan, juga menemukan kejanggalan pada pidato Yamin—yang disebut tanggal 29 Mei 1945 itu. Pada alinea terakhir berbunyi: “Dua hari yang lampau tuan Ketua memberi kesempatan kepada kita sekalian juga boleh mengeluarkan perasaan”. “Dua hari yang lampau” itu berarti tanggal 27 Mei 1945, sedangkan sidang baru dibuka pada tanggal 29 Mei 1945. Artinya, seperti dikatakan Bung Hatta, pidato Yamin itu memang disampaikan di Panitia Kecil—pasca Soekarno menyampaikan pidato tanggal 1 Juni 1945.
Mohammad Yamin sendiri mengakui Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Itu dapat dilihat di pidato Yamin pada 5 Januari 1958 : “Untuk penjelasan ingatlah beberapa tanggapan sebagai pegangan sejarah: 1 Juni 1945 diucapkan pidato yang pertama tentang Pancasila…, tanggal 22 Juni 1945 segala ajaran itu dirumuskan di dalam satu naskah politik yang bernama Piagam Jakarta … dan pada tanggal 18 Agustus 1945 disiarkanlah Konstitusi Republik Indonesia, sehari sesudah permakluman kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam konstitusi itu pada bagian pembukaan atau Mukadimahnya dituliskan hitam di atas putih dengan resmi ajaran filsafat pancasila.”
Roeslan Abdulgani, yang sempat menjadi Menteri Penerangan di era Bung Karno, juga menyebut Bung Karno sebagai penggali Pancasila. Dua pemikiran besar di dalam pancasila, yaitu Sosio-nasionalisme (penggabungan sila ke-2 dan ke-3) dan Sosio-demokrasi (penggabungan sila ke-4 dan ke-5), sudah ‘digarap’ oleh Bung Karno sejak tahun 1920-an. Dalam konteks ini, Hatta juga punya peranan ketika menaburkan ide-ide tentang demokrasi kerakyatan.
Dari mana datangnya istilah Pancasila itu? Dalam buku “Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civic)” dikatakan, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sangsekerta: Panca berarti lima, sedangkan sila berarti dasar kesusilaan.
Sebagai kata majemuk, kata “Pancaҫila” sudah dikenal dalam agama Budha. Bila diartikan secara negatif, ia berarti lima pantangan: (1) larangan membinasakan makhluk hidup, (2) larangan mencuri, (3) larangan berzinah, (4) larangan menipu, dan (5) larangan minum miras.
Dalam karangan Mpu Prapantja, Negarakretagama, kata “Pancaҫila” juga ditemukan di buku (sarga) ke-53 bait kedua: “Yatnanggegwani Pancaҫila Krtasangskarabhisekakrama (Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan itu, begitu pula upacara ibadat dan penobatan).
Akan tetapi, jika diperhatikan dengan seksama, tidak ada keterkaitan antara Pancaҫila dalam Budha dan Negarakretagama dengan Pancasila yang menjadi dasar atau ideologi bangsa kita itu.
Bung Karno, dalam kursus Pancasila di Istana Negara, 5 Juni 1958, membantah pendapat bahwa “Pancasila (dasar negara kita) adalah perasan dari Buddhisme. Katanya, Pancasila itu tidak pernah congruent dengan agama tertentu, tetapi juga tidak pernah bertentangan dengan agama tertentu.
Soekarno sendiri menolak disebut sebagai “penemu Pancasila”. Baginya, lima mutiara dalam Pancasila itu sudah ada dan hidup di bumi dan tradisi historis bangsa Indonesia. Soekarno hanya menggalinya setelah sekian la
ma tercampakkan oleh kolonialisme dan penetrasi kebudayaan asing.
 sumber artikel :
 (Rudi Hartono)

Sabtu, 14 Mei 2016

APA DAN SIAPA BUNG KARNO

Sukarno alias Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Ayahnya seorang mantri guru bernama R.Soekemi Sosrodihardjo. ibunya, Nyoman Rai Sarimben, kerabat seorang bangsawan di Singaraja (Bali).
Sukarno menamatkan ELS (Europeesche Lagere School) di Mojokerto, HBS (Hogere Burger School) di Surabaya, dan TH Bandung (Technische Hooge-School). beliau berhasil meraih gelar Insinyur pada 25 Mei 1926.
tahun 1927 Bung Karno mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) dengan tujuan Indonesia Merdeka. belanda memenjarakannya di Sukamiskin, Bandung. pidato pembelaannya di Landraad Bandung, "Indonesia Menggugat", menggegerkan dunia.
setlah bebas, beliau memimpin Partindo (Partai Indonesia). beliau kembali ditangkap dan dibuang ke Endeh, Flores, tahun 1933. empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu hingga Jepang masuk.
1Juni 1945 Bung Karno mencetuskan Pancasila, dasar dan falsafah negara Indonesia Merdeka, Pancasila lalu dimasukkan dalam Pembukaan Undang-Undang 1945.
17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. keesokan harinya, Ir.Soekarno secara aklamasi dipilih dan ditetapkan sebagai presiden pertama Republik Indonesia.
tahun 1962 Presiden Sukarno berhasil mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia. beliau juga aktif memperjuangkan kemerdekaan negara-negara terjajah melalui Konferensi Asia Afrika dan berupaya memebangun tata dunia baru bersama sejumlah tokoh dunia.
Bung karno mendapat gelar Honoris Causa dari 26 Universitas didalam maupun diluar negeri dan berbagai sebutan kehormatan dari rakyat. Bapak Bangsa, Bapak Marhan, Pemimpin Agung, Pemimpin Besar Revolusi dan lain-lain. namun beliau lebih suka disebut sebagai Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
tahun 1965 terjadi peristiwa G30S yang bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan Bung Karno. tragisnya, Bung Karno dituduh sabagai "dalang" peristiwa tersebut. MPRS rekayasa orde baru mengakhiri kekuasaan Bung Karno, dan TAP MPRS XXXIII Th.1967 melarang kehidupan politik Bung Karno beserta ajarannya. secara fisik Bung Karno diasingkan di Wisma Yaso Jakarta.
Minggu 21 Juni 1970, Bung Karno wafat dan dimakamkan di Blitar, Jatim, didekat makam ibundanya. namun, penghancuran terhadap kharisma Bung Karno tak kunjung surut. nama Bung Karno berusaha dilenyapkan melalui praktik-praktik De Sukarnoisasi. pengingkaran peran sejarah Bung Karno dilakukan melalui buku-buku pendidikan.
Bung Karno disebut bukan orang yang pertama merumuskan Pancasila, melainkan Muhammad Yamin dan Supomo. dan sampai sekarang Bung Karno secara resmi tidak dikukuhkan sebagai bapak bangsa oleh pemerintah.

LAMBANG NEGARA



BELA NEGARA (basic)



Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang mencintai negara kesatuan Republik Indonesia dengan semangat kepancasilaan untuk membangun dan memajukan negara nya.



A.   Bentuk-bentuk Upaya Bela Negara
1.     Di Lingkungan Keluarga
  • Mengembangkan sikap saling mengasihi, saling menolong, saling menghormati dan menghargai antar anggota keluarga.
  • Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
  • Menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga
  • Saling mengingatkan kepada sesama anggota keluarga apabila ada yang akan berbuat kejahatan, misalnya : minum minuman keras di rumah dan lain sebagainya.
  • Memberikan pengertian kepada anak supaya cinta kepada tanah air
  • Menjaga nama baik keluarga dengan perilaku yang terpuji atau mulia
  • Menciptakan keluarga yang sadar dan patuh terhadap hukum/peraturan yang berlaku
2.    Di Lingkungan Sekolah
  • Meningkatkan imtaq dan iptek
  • Membudayakan GDN (Gerakan Disiplin Nasional) di sekolah meliputi : budaya tertib, budaya bersih, dan budaya kerja/belajar
  • Mengembangkan kepedulian sosial di sekolah, misalnya dengan keihklasan mengumplkan dana sosial, infak, zakat, shodaqoh, untuk membantu warga sekolah yang membutuhkan.
  • Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah
  • Menjaga nama baik sekolah dengan tidak melakukan perbuatan yang berdampak negatif bagi sekolah dan sebagainya
  • Belajar dengan giat terutama pada materi Pendidikan Kewarganegaraan
  • Belajar dengan giat supaya mendapatan prestasi yang baik
  • Saling mengingatkan sesama siswa apabila ada yang akan melanggar peraturan sekolah
  • Menjadi siswa yang berprestasi dan mengharumkan nama baik sekolah dan negara.
3.    Di Lingkungan Masyarakat
  • Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tolong menolong antar warga negara masyarakat.
  • Bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
  • Meningkatan kegiatan gotong royong dan semangat persatuan dan kesatuan
  • Menjaga keamanan lingkungan melalui kegiatan siskamling/ronda
  • Menciptakan suasana rukun, damai, dan tentram dalam masyarakat
  • Menghargai adanya perbedaan dan memperkuat persamaan yang ada
  • Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama
  • Selalu aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti, dll.
4.    Di Lingkungan Negara
  • Mematuhi peraturan hukum yang berlaku
  • Mengamalkan nilai-nila yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
  • Membayar pajak tepat pada waktunya
  • Mendukung program GDN, GNOTA, dan wajib belajar 9 tahun
  • Memperkokoh semangat persatuan dan kesatuan bangsa
  • Bersikap selektif terhadap masuknya budaya asing ke Indonesia dan lain sebagainya.
  • Selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah

Jumat, 13 Mei 2016

SOEKARNO

Soekarno alias Bung Karno lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901. wafat pada tanggal 21 Juni 1970, dan dimakamkan di Blitar. memiliki 9 orang istri yaitu siti oetari, inggit garnasih (cerai), fatmawati, hartini, kartini manoppo, ratna sari, haryati, yurike sanger, serta heldy djafar. soekarno diangkat menjadi presiden pada tanggal 18 agustus 1945 sampai dengn 12 maret 1967. ia memerintah selama 22 tahun. 



Peran Pemuda Dalam Menciptakan Keadaban Ruang Publik

Indonesia adalah negeri yang penuh cerita keramahtamahan, sopan santun, dan kuatnya tali kasih antar sesama. Setiap orang asing yang datang...